Selasa, 17 November 2020

EVALUASI TINGKAT PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP MANGROVE Rhizophora mucronata DI LOKASI PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS TERBUKA KELURAHAN TEKOLABBUA KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP

EVALUASI TINGKAT PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP MANGROVE Rhizophora mucronata DI LOKASI PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS TERBUKA KELURAHAN TEKOLABBUA KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP Jalil Jalil, Makkatenni Makkatenni Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan, kelangsungan hidup tanaman mangrove jenis Rhizophora mucronata di lokasi Abdimas Universitas Terbuka pada Tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Tanaman ujian dalam penelitian ini adalah tanaman hasil abdimas UT pada tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pertumbuhan mangrove di lokasi penelitian sangat tinggi yaitu > 100 cm dengan kondisi lingkungan yang meliputi salinitas, suhu, kecepatan arus dan tekstur tanah optimal utuk pertumbuhan mangrove. Namun demikian tingkat kelangsungkan hidup yang didapatkan sangat rendah yaitu 22,33% < 60%. Diperlukan penelitian lanjutana untuk mengukur parameter lingkungan yang belum diukur pada pelitian ini.

ANALYSIS OF SERVICE QUALITY, COSTUMER SATISFACTION AND STUDENT LOYALTY AT MAKASSAR REGIONAL OFFICE UNIVERSITAS TERBUKA INDONESIA

ANALISIS KUALITAS LAYANAN, KEPUASAN KONSUMEN DAN LOYALITAS MAHASISWA DI KANTOR UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA MAKASSAR INDONESIA Jalil1) 1 Makassar Regional Office Universitas Terbuka Indonesia Abstract This research was designed to measure the relationship between service quality, student satisfaction and student loyalty at UPBJJ-UT Makassar. Conducted in 2015 at UPBJJ-UT Makassar, the study selected 100 students who were present during the research period using accidental sampling. This study identified five dimensions to construct and measure the service quality – tangibility, realibility,responsiveness, assurance and empathy – using a 5-point likert scale. Descriptive statistics with CSI (Customer Service Index) measurement was used to evaluate the weighting factor, weighting score,weighting total and satisfaction index. Inferential analysis was used to make inferences from the population. Correlation analysis at 0.01 measured the relation between service quality, customer satisfaction and customer loyalty. The results showed that service quality provided by UPBJJ-UT Makassar had a positive and significant effect on both student satisfaction and student loyalty. However,despite its positive effect, student satisfaction did not score a significant effect on student loyalty. This research, though it has reached its aim, had a limitation; as the samples were selected using accidental sampling, the results of the research were not as generalized and representative as those using random sampling. Keywords: service, satisfaction, loyalty, costumer.

Biologi populasi ikan beronang lingkis (S. canaliculatus) di perairan Kecamatan Bua Kabupaten Luwu

 Jalil, Achmar Mallawa dan Syamsu Alam Ali 

Fakultas Sains Teknologi Universitas Terbuka

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin

Abstract

The result showed that the rabbit fish in Bua Sub district Waters could be divided into 4 age groups with different growth parameters: L∞= 281, 55 mm, K= 0,061 in three months, and to= 0, 71 in three months. The natural Mortality rate was greater than that of fishing mortality. The exploitation rate had exceeded its optimum limit. The correlation between the exploitation rate and population structure had shown a significant different between the caught. The condition of the coral reefs had also been damaged at certain depth.

Rabu, 20 Februari 2019

Perahu Nelayan Hand Line Tuna Di Cimpu, Kabupaten Luwu yang di Operasikan di Teluk Bone

Perahu Nelayan Hand Line Tuna Di Cimpu, Kabupaten Luwu yang di Operasikan di Teluk Bone
 
Buntu Matabing Kabupaten Luwu

Buntu Matabing Kabupaten Luwu

Senin, 21 Januari 2019

Kamus Kelautan Perikanan

  1. Abrasi adalah proses pengikisan yang terjadi akibat ombak/gelombang pantai atau yang juga disebabkan oleh aktivitas manusia di sekitar wilayah pantai. 
  2. Baku mutu air laut adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air laut.
  3. Biota adalah tumbuhan dan satwa di suatukawasan. 
  4. Budidaya laut adalah cara pemeliharaan hewan dan tumbuhan laut seperti berbagai jenis ikan laut, udang-udangan, kerang-kerangan dan berbagai jenis rumput laut, di suatu tempat dengan menggunakan metode tertentu.
  5. Cadangan mineral adalah konsentrasi komoditi mineral yang dapat di manfaatkan secara ekonomis dan hukumiah dapat diproduksi.
  6. Cadangan terbukti adalah sumber daya mineral terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik. 
  7. Cagar alam di perairan adalah kawasan suaka alam di perairan yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan biota tertentu dengan ekosistemnya, atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi.
  8. Dataran pasang surut adalah daerah yang terletak diantara pasang tertinggi dan surut terendah. 
  9. Daerah perlindungan laut adalah daerah pesisir dan laut yang meliputi terumbu karang,hutan mangrove, lamun, atau habitat lainnya yang secara hukum dilindungi sebagian atau semua lingkungan disekitarnya.
  10. Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan, organisme, dan non organisme lain serta proses yang menghubungkannya
    dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas. 
  11. Ekosistem mangrove adalah satu-satunya jenis tanaman tingkat tinggi yang sangat berhasil mendiami daerah intertidal yang merupakan pertemuan antara daratan dan lautan. Hutan mangrove secara spesifik mendominasi daerah pesisir di sepanjang pantai tropis sampai sub-tropis (Clough,1982). Ekosistem mangrove memiliki fungsi signifikan baik dilihat dari aspek atau nilai ekologi, lingkungan, maupun sosial ekonomi, seperti mempertahankan
    kualitas air di kawasan pantai; melindungi pantai dengan mengurangi dampak dari badai, gelombang, dan banjir; berfungsi bagai daerah pemijahan dan tempat makan berbagai jenis ikan (komersial dan lokal); merupakan tempat makan berbagai hewanhewan laut baik yang bersifat identik maupun pelagis serta berbagai jenis burung; dan dapat berfungsi sebagai sumber bahan atau produksi kayu (English et. al., 1997).

Senin, 17 Desember 2018

Sumberdaya Perikanan Di Teluk Bone: Yellowfin Tuna

(Teleah diterbitkan pada Harian Palopo Pos Edisi 19 Desember 2018)

Salah satu sumberdaya perikanan Teluk Bone yang mempunyai nilai ekonomis penting adalah ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus Albacares) yang juga biasa dikenal dengan nama Tuna Madidihang atau di pasar internasinal lebih dikenal dengan Yellowfin Tuna.  Ikan ini termasuk golongan ikan pelagis besar yaitu ikan yang hidupnya berada pda kolom air permukaan sampai pada kedalaman 200m.  Pada umunya ikan pelagis hidup bergerombol (schooling) dalam melangsungkan kehidupannya baik pada saat beruaya, mencari makan maupun pada saat melakukan pemijahan.  Daerah penyebarannya sangat luas meliputi daerah tropis sampai pada perairan subtropis.  Ikan jenis ini menjadi target penangkapan bagi nelayan indonesia baik oleh nelayan tradisonal maupun nelayan modern karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dan pangsa pasar ekspor yang luas.  

Ikan Yellowfin dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tubuh berbentuk cerutu, , mempunyai dua sirip punggung (sirip depan yang biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang).  Mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet)  dibelakang sirip punggung dan sirip dubur.  Sirip dada terletak agak keatas, sirip perut kecil, sirip ekor bercagak agak kedalam dengan jari-jari menyokong menutup seluruh ujung hipural.  Tubuh tertutup oleh sisik kecil, berwarna agak tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya, sebagian besar memiliki sirip tambahan berwarna kuning cerah dengan bagian pinggiran berwarna gelap. 

Yellowfin Tuna merupakan komoditas ekspor Indonesia ke berbagai negara tujuan di dunia.  Ekspor ikan Yellowfin Tuna dari Indonesia ditujukan kebebagai negera seperti Amerika, Inggris, Jepang dan lain sebagainya.  Yellowfin Tuna diekspor dalam bentuk segar, beku dan kaleng.  Ikan Tuna segar merupakan bahan baku untuk makanan jenis Sashimi dan Susi. Ikan Yellowfin Tuna merupakan sumber devisa yang sangat tinggi.  Pada tahun 2015 Indonesia berkontribusi 16% dari produksi ikan tuna dunia. dengannilai Ekspormencapai USD500 setara dengan Rp 6,8 Triliun. Dengan demikian, Tuna merupakan sumber penghidupan yang menjanjikan bagi nelayan Indonesia. 
Tingginya kebutuhan ikan tuna dunia sehingga ikan ini menjadi buruan para nelayan baik nelayan skala besar maupun nelayan skala kecil.  Tingginya permintaan ikan tuna tersebut menyebabkan intensitas penangkapan semakin tinggi pula. Semakin tingginya upaya penangkapan dapat menyebabkan stok perikanan menurun yang pada akhirnya akan berpengaruh pada jumlah hasil tangkapan yang dihsilkan oleh nelayan.  Diperkirakan dalam kurun waktu 3 – 10 tahun kedepan ikan Tuna akan mengalami kepunahan jika tidak dilakukan pengelolaan yang baik dan benar atau pengelolaan yang bertanggungjawab (kkp.go.id, 2017).  

Teluk Bone sebagai salah satu wilayah perikanan dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WRRRI) 713 bersama dengan 3 perairan lainnya Selat Makassar, Laut  Flores dan Laut  Bali, merupakan salah satu daerah penangkapan Ikan Yellowfin Tuna.  sentra Nelayan Tuna di Luwu terletak Cimpu dan Murante Kecamatan Suli dan Bone Puteh Kecama Larompong Selatan.  Nelayan Cimpu dan Bone Puteh pada umunya menggunakan alat tangkap hand line  sedangkan nelayan Murante umunya menggunakan alat tangkap Purse seine.  Selain Nelayan Luwu, sumberdaya perikanan Yellowfin Tuna di Teluk Bone juga dimanfaatkan oleh nelayan Kabupaten Bone, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Sinjai, dan Nelayan dari Sulawesi Tenggara.    
Kondisi sumberdaya perikanan Yellowfin Tuna di Perairan Teluk Bone belum banyak dikaji khususnya di Kabupaten Luwu sehingga penulis merasa perlu melakukan kajian mendalam tentang aspek  Biodinamika Populasi Perikanan Yellowfin di Perairan Teluk Bone. Kajian ini diharapkan menjadi dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah setempat dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan Yeloowfin Tuna secara bertanggung jawab dan tetap terjaga kelestariannya.



Teleah diterbitkan pada Kololm Opini Harian Palopo Pos Edisi 19 Desember 2018




Selasa, 23 Oktober 2018

PENELITIAN PENDIDIKAN

Ruang lingkup penelitian pendidikan sangat luas karena pendidikan sendiri merpakan bidang kajian yang terkait erat dengan beberapa disiplin ilmu lain sperti psikologi, sosiologi, antropologi, politik, ekonomi dan sebagainya.  Banyak sekali konsep atau teori pendidikan yang dikembangkan denganmendapatkan inspirasi atau berlandaskan berbagai ilmu tersebut.
Penelitian pendidikan sebagaimana penelitian sosialyang lain, mempunyai keterbatasan yang tipikal seperti kompleksnya masalah dan metodologi yang digunakan karena subjekpenelitian yang dihadapi adalah manusia.  Langkah-langkah yang bersifat prosedural dalam aktivitas penelitian pendidikan juga tipikal. langkah seperti mengidentifikasi masalah, memfokuskan masalah,merumuskan masalah, menentukan tujuan dan merumuskan hipotesis merupakan langkah yang tidak dapat dihindari.

Selasa, 02 Oktober 2018

TSUNAMI?

Gempa Bumi di Kota Palu, Doggala dan Sigi yang terjadi pada tanggal 29 september yang diikuti oleh terjadinya Gelombang Tsunami meluluh latahkan sulawesi Tengah khusunya ketiga wilayah tersebut.  Tak bisa disangkali bahwa kejadian ini menyebabkan trauma bagi masyarakat sulawesi Tengah dan sekitarnya.  termasuk masyarakat di Sulawesi selatan dan Sulawesi Barat.  Selasa 2 Oktober 2018 dini hari masyarakat Kabupaten Luwu dan Kota palopo dikejutkan dengan beredarnya berita yang tidak bertanggungjawab melalui Media Sosial  akan terjadi Tsunami  di kedua wilayah tersebut, akibatnya masyarakat memilih mengungsi pada daerah ketianggian seperti Latuppa, Battang, di wilayah Kota Palopo.   Berikut akan dijelaskan apa dan bagai mana proses terjadinya Tsunami

Tsunami adalah istilah yang berasal dari bahasa Jepang yang kini telah menjadi istilah internasional untuk menyatakan gelombang besar yang luar biasa yang datang menyerag tiba-tiba, menghempas ke pantai dan menimbulkan malapetaka yang hebat. Penyebab terjadinya tsunami ada 3 yaitu 
1. Gempa Bawah Laut
2. Tanah Longsor di dalam atau kedalaman laut
3. dan Letusan Gunung Api.
Tidak semua gempa dibawah laut menimbulkan tsunami. Tsunami baru terjadi jika sampai terjadi dislokasi vertikal pada dasar laut. yang biasanya disebabkan oleh gempa kuat yang sumbernya relatif dangkal.  Bila terjadi pahan atau sesar (fault) pada dasar laut, massa batuan dalam jumlah sangat besar amblas tiba-tiba, dan seluruh kolom ar atasnya ikut tersentak jatuh. Akibatnya permukaan laut akan melakukan gerak osilasi naik-turun untuk mencari keseimbangan baru dan timbullah gelombang Tsunami yang kemudian merambat kesegala arah dengan energi yang sangat besar. 
Apabila terjadi longsor di dasar laut, massa batuan pada sisi lerengakan turun menimbuni lereng dibawahnya hingga kolom air diatasnya juga terangkat. akibatnya sama yaitu menimbulkan gelombang Tsunami pula.
Letusan gunung api bawah laut juga dapat merupakan sumber terjadinya tsunami, seperti telah dibuktikan dengan letusan Gunung Krakatau 1883 yang sangat terkenal.
Proses terjadinya Tsunami dapat kita lihat pada link berikut ini https://youtu.be/OWRlgf8mjyU 
semoga Tulisan ini dapat memberikan informasi tambahan tentang Tsunami. 



Minggu, 29 Juli 2018

WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia  menetapkan pembagian Wilayah Pengelolan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPRI) dalam rangka optimalisasi pengelolan perikanan pada wilayah perikanan Indonesia. Keputusan tersebut ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 18/Permen-KP/2014.  Yang dimaksud dengan WPPNRI dalam keputusan tersebut adalah wilayah penangkapan ikan, budidaya ikan, konservasi, penelitian dan pengembangan perikanan yang meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, Zona tambahan dan zona ekonomi ekslusif Indonesia.  Pembagian WPPNRI beradasrkan keputusan tersebut terdiri atas 11 wilayah pengelolaan yang  sebagai berikut:
  1. WPPNRI 571 meliputi perairan Selat Malaka dan Laut Andaman; 
  2. WPPNRI 572 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda; 
  3. WPPNRI 573 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat; 
  4. WPPNRI 711 meliputi perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan; 
  5. WPPNRI 712 meliputi perairan Laut Jawa; 
  6. WPPNRI 713 meliputi perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali; 
  7. WPPNRI 714 meliputi perairan Teluk Tolo dan Laut Banda; 
  8. WPPNRI 715 meliputi perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau; 
  9. WPPNRI 716 meliputi perairan Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera; 
  10. WPPNRI 717 meliputi perairan Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik; 
  11. WPPNRI 718 meliputi perairan Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian Timur. 

Jumat, 27 Juli 2018

CABANG ILMU BIOLOGI (Biology)

Biologi berasal dari bios yang berati hidup dan logos berarti membicarakan, ilmu. jadi biologi adalah suatu pengetahuan yang membicarakan seluk beluk masalah kehidupan mahluk hidup, baik tumbuhan, hewan, maupun manusia dan jenis mahluk hidup lainnya.  Akibat perkembangan pengetahuan dan teknologi, biologi mengalamai perkembangan pula sehingga memunculkan cabang-cabang ilmu biologi seperti berikut ini;

  1. Botani;  mempelajari masalah dunia tumbuh-tumbuhan.
  2. Zoologi; mempelajari msalah dunia hewan
  3. Anatomi; mempelajari untaian tubuh suatu organiseme
  4. Fisologi; mempelajari kerja alat-alat tubuh suatu organisme
  5. Embriologi; mempelajari terbentuknya embrio dan pertumbuhannya.
  6. Mikrobiologi; mempelajari jazad renik dan mikroba
  7. Parasitologi; mempelajari hewan kehidupan hewan parasit.
  8. Histologi; mempelajari jaringan tubuh mahluk hidup
  9. Neurologi; mempelajari sistem saraf pada manusia
  10. Ekologi; mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya.
  11. Genetika; mempelajari pewarisan sifat-sifat gen dari induk kepada keturunannya.
  12. Patologi; mempelajari masalah penyakit.
  13. virologi; mempelajari masalah virus
  14. bakteriologi; mepelajarai msalah bakteri.

Rabu, 26 Juli 2017

PENELITIAN STUDI KASUS

Penelitian Studi Kasus adalah suatu jenis penelitian yang cukup bahkan sangat populer dikalangan ilmuawan sosial hingga dewasa ini.  Terlepas dari perbedaan Pendapat dalam hal cukup mudah atau sulitnya melakukan penelitian studi kasus, sesungguhnya jenis penelitian ini menarik untuk diikuti dan dikembangkan , baik yang sudah berpengalaman maupun yang masih pada tingkat pemula.  Meskipun demikian, harus tetap disadari bahwa dibalik keunggulan-keunggulan yang dimilikinya, studi kasusu juga menyimpan sejumlah keterbatasan atau kelemahan, sebagai hal yang sama juga melekat pada jenis penelitian apapun.  Karena itu, seperti juga berlaku untuk jenis-jenis penelitian lainnya, studi kasus tentu memerlukan kecermatan, sikap objektif dan rendah hati dari seorang peneliti.  
Diletakkan dalam konteks dalam rumpun pendekalatan kualitatif, studi kasus tidaklah kaku sifatnya.  Iya menawarkan keluawesan dan sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan perkembangan yang lebih menarik, unik dan penting dari fakta emprik yang sedang dicermati.  hal ini tidak berarti terjadinya inkonsistensi, melainkan terhadap fenomena sosial yang menjadi unitanalisis lebih dikedepankan  dan diutamakan aspek emik ketimbang aspek etik-nya.  Ini soal prinsip dalam penelitian kualitatif.  sebab, Fenomena dan praktek-praktek sosial, sebagai suatua "buruan" penelitian kualitatif, itu tidak bersifat mekanistik melainkan penuh dinamika dan keunikan, dan karenanya tak bisa diciptakan dalam otak dan menurut kehendak peniliti. (Bungin, Burhan, 2010)

Kamis, 23 Februari 2017

Inilah Tantangan Pengelolaan Sumberdaya Maritim Indonesia


 
Jakarta, Humas LIPI. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara maritim di dunia. Apalagi dua pertiga wilayahnya adalah lautan. Sebagai negara kelautan, Indonesia tentu saja menyimpan potensi sumber daya maritim yang besar. Dan, ini menjadi tantangan tersendiri untuk mengelolanya.

Zainal Arifin, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian (IPK) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melihat bahwa tantangan yang dihadapi pemerintah Indonesia saat ini dalam mengelola sumber daya maritim adalah terkait batas maritim dan kriminalitas kelautan. “Batas maritim bisa dicermati dari beberapa batas laut yang belum terselesaikan dengan beberapa negara dan contoh kriminalitas kelautan bisa dilihat dari illegal fishing atau pencurian ikan dan penangkapan ikan secara besar-besaran yang merusak ekosistem laut,” katanya dalam kegiatan National Seminar on Maritime Border Resource Management pada Kamis (16/1) di Jakarta.

Dikatakannya, untuk menghadapi tantangan pengelolaan sumber daya maritim ini, maka Indonesia perlu mempererat kerja sama dengan berbagai negara untuk mencari solusi yang tepat. Negara ini harus semakin aktif mengajak negara tetangga untuk kooperatif dan menghindari perselisihan terkait batas teritori maupun permasalahan kelautan lainnya.

Pada sisi lainnya, potensi maritim Indonesia juga terlihat dari potensi ikan laut Indonesia yang mencapai 6,5 juta ton per tahun atau 7,2% dari total potensi di dunia. Awani Irewati, Peneliti Pusat Penelitian Politik LIPI mencermati, besarnya potensi perikanan Indonesia menarik nelayan negara lain untuk menangkap secara ilegal di perairan Indonesia.

“Berdasarkan data Food and Agriculture Organization  (FAO) 2014, jumlah pencurian ikan yang terjadi di Indonesia mencapai 11 – 26 juta ton yang nilainya sekitar 10-23 miliar dolar Amerika Serikat,” jelas Awani. Fenomena eksploitasi ikan menyebabkan berkurangnya pasokan ikan laut untuk kebutuhan nasional dan menyebabkan meningkatknya kebutuhan impor.

Awani katakan, solusi untuk mengatasi permasalahan itu selain penegakan hukum dari pemerintah Indonesia, juga harus ada kerja sama dengan negara tetangga agar saling menjaga batas teritori masing-masing supaya tidak aga pelanggaran pencurian ikan.

Sementara itu, dia menuturkan terkait tantangan batas maritim, persoalan ini harus segera diselesaikan. Sebab jika berlarut-larut, maka panjangnya proses negosiasi penentuan batas maritim akan menghambat perencanaan pengelolaan sumber daya kelautan.

Kemudian, efek lanjutan yang dihadapi akan berdampak pada aktivitas nelayan. Bila aktivitas nelayan terganggu dan menurun akibat ketidakjelasan batas laut, maka hasil tangkapan tentu terganggu dan berimbas pada ketersediaan ikan nasional, tutup Awani. (lyr/ed: pwd)

Sumber : Biro Kerja sama, Hukum, dan Humas LIPI

http://lipi.go.id/berita/

Senin, 23 Mei 2016

DAFTAR JURNAL PREDATOR




Belakangan ini saya sering ditanya tentang jurnal predator yang keberadaannya mulai meresahkan beberapa pihak. Mendengar kata predator, mungkin bayangan kita adalah sejenis karnivora yang mangsanya tidak lain sesama mamalia di permukaan planet ini. Bayangan ini ternyata tidak terlalu jauh meleset, hanya saja mangsanya adalah ilmuwan, terutama ilmuwan dari negara berkembang.

Jurnal predator adalah istilah yang diajukan pertama kali oleh Jeffrey Beall, seorang pustakawan yang bekerja di Universitas Colorado. Jeffrey Beall saat ini secara rutin meneliti semua jurnal-jurnal predator yang baru muncul yang bersifat open-access (OA), yaitu jurnal yang hanya tersedia secara on-line, tidak ada versi cetak. Kalaupun ada, hanyalah versi cetak lepas (reprint) yang tentu saja sangat mudah dicetak dengan printer masa kini. Ada puluhan penerbit dan ribuan jurnal yang ia kategorikan sebagai predator. Singkatnya, jurnal-jurnal predator ini diterbitkan oleh penerbit predator dengan tujuan utama bisnis, untuk menghasilkan uang bagi si pembuat jurnal. Biaya yang dikenakan untuk satu makalah yang masuk berkisar antara ratusan hingga ribuan dolar Amerika. Tidak murah!


Jeffrey Beall, http://scholarlyoa.com/


Tidak terlalu sulit untuk memulai bisnis ini, asalkan bisa membangun situs web yang menarik dengan embel-embel foto orang-orang berjas putih memakai masker putih yang seolah-olah sedang meneliti atau berdiskusi. Lebih meyakinkan lagi jika situs tadi bisa ditempeli gambar-gambar rantai DNA agar terlihat lebih ilmiah. Ironisnya, kadang-kadang tidak peduli apakah jurnal itu untuk teknik, matematika, atau sosial, rantai DNA tetap dipajang.

Bagaimana mengendalikan jurnal semacam ini, terutama aliran makalah yang masuk, proses penjurian (review), dan lain sebagainya? Tidak masalah! Bahkan, seorang remaja yang terlatih menggunakan teknologi informasi (IT) dapat mengendalikan ratusan jurnal asal-asalan ini. Sekarang ada piranti lunak yang namanya Open Journal System (OJS) yang mudah dipasang dan bersifat gratis karena bersifat open-source. OJS memberi fasilitas pemrosesan makalah ilmiah dari sejak penerimaan, penjurian, hingga penerbitan makalah secara profesional. Jadi, seperti kata Beall, prinsip pendirian jurnal predator ini adalah: set up homepage, sending spam emails to scientists, seat back and relax, wait for customer.

Skandal Ilmiah

Mungkin problem terberat bagi jurnal predator adalah mencari penulis makalah, juri (reviewer), dan dewan editor jurnal tersebut. Meski demikian pendiri-pendiri jurnal predator tidak kehabisan akal. Mereka mulai mengirimkan email spam ke ilmuwan-ilmuwan yang dianggap potensial untuk mengisi jurnal mereka. Tampaknya, untuk negara-negara berkembang hal ini seperti gayung bersambut. Ilmuwan negara berkembang sangat membutuhkan aktualisasi diri melalui jurnal-jurnal dengan "cap internasional", karena tuntutan profesi untuk meraih hibah penelitian atau jabatan yang lebih tinggi, meski untuk masuk ke jurnal OA tersebut sang ilmuwan harus membayar antara ratusan hingga ribuan dolar per makalah. Terbangunlah "simbiosis" yang saling menguntungkan. Sebenarnya, tidak ada masalah, jika makalah yang masuk benar-benar diperiksa oleh juri yang mumpuni, benar-benar sebidang dan menggunakan standar ilmiah internasional. Namun, hampir semua jurnal ini menjamin makalah pasti diterima. Atau dengan artikulasi yang lebih baik: makalah yang masuk pasti diterima, asalkan bayaran diterima! Di sini lah skandal ilmiah itu dimulai.

Contoh yang paling jelas beberapa adalah makalah hasil copy-paste di bidang pertanian yang mengatas-namakan penyanyi Idul Daratista dan Agnes Monica sebagai penulis makalah di sebuah jurnal predator yang berpusat di Afrika tahun lalu. Jeffrey Beall sempat membahas hal ini di laman blognya tahun lalu. Tentu saja kejadian ini sangat memalukan bagi jurnal tersebut, karena jelas sekali makalah tidak diperiksa oleh seorang juri ahli sebelum diterbitkan. Saat ini makalah tersebut sudah dicabut dari jurnal oleh pemilik jurnal, namun Jeffrey Beall masih menyimpan kopi makalah tersebut di lamannya.

Hasil penelitian Beall memperlihatkan bahwa hampir semua jurnal predator yang beroperasi saat ini dikendalikan dari India, Pakistan, serta negara-negara di Afrika, meski di situsnya sering ditulis alamat surat di Amerika, Kanada, atau Eropa untuk mengelabui para calon konsumen. Pada umumnya, jika kita mencoba memasuki laman jurnal tersebut, sangat sulit untuk menemukan alamat darat jurnal. Editor jurnal hanya dapat dihubungi melalui email atau situs internet. Beberapa alamat yang dipajang dapat dengan mudah diperiksa dengan memakai fasilitas Google Earth dan hasilnya menunjukkan alamat sebuah apartemen murah, apotik, atau tempat-tempat yang mustahil berbau ilmiah. Pemilik jurnal semacam ini biasanya menyewa alamat kotak surat di Amerika atau Kanada. Bahkan banyak juga jurnal predator yang judulnya dimulai dengan "American Journal of" atau "Canadian Journal of", semata-mata untuk menunjukkan bahwa jurnal ini merupakan produk Amerika atau Kanada. Saking pesatnya perkembangan jurnal predator, tampaknya baik penerbit maupun jurnal mulai kehabisan nama. Mulai tampak nama-nama penerbit atau jurnal yang mirip atau bahkan sama. Bahkan nama-nama tak lazim pun mulai bermunculan, misalnya ada jurnal yang namanya "sampah".

Masalah Menjadi Rumit

Masalah jurnal predator ini menjadi rumit karena kontribusi para ilmuwan (terutama dari negara berkembang) yang secara langsung turut membesarkan jurnal. Di lamannya, Beall mengajak para ilmuwan dan akademisi untuk menjauhi jurnal ini dengan cara tidak berkontribusi sebagai penulis makalah, juri atau reviewer, serta editor jurnal. Masalah menjadi bertambah runyam karena, akibat kontribusi para ilmuwan tadi, beberapa jurnal memiliki faktor dampak (impact factor atau IF), meski IF paling tertinggi hanya sekitar 0,5. Sejumlah jurnal predator juga sudah di-index oleh SCOPUS. Sebagai catatan, IF dipercaya banyak ilmuwan menggambarkan kualitas sebuah jurnal sementara index SCOPUS dalam skala nasional kita dianggap sebagai stempel jurnal internasional.

Bagi jurnal-jurnal ilmiah nasional yang sudah diakui keilmiahannya melalui akreditasi Direkorat Jenderal Pendidikan Tinggi, keberadaan jurnal predator jelas sangat merugikan, karena makalah-makalah ilmiah yang potensial untuk diterbitkan jurnal nasional terserap oleh jurnal predator. Hal ini jelas akibat embel-embel internasional yang dikibarkan oleh jurnal predator yang lebih merangsang ilmuwan untuk memindahkan target jurnal mereka. Padahal, harus diakui bahwa dalam banyak hal jurnal nasional kita jauh lebih baik dibandingkan dengan jurnal predator.

Ada satu kasus lagi yang terekam oleh laman Beall. Seorang ilmuwan terpaksa harus menarik kembali makalahnya dari sebuah jurnal predator karena makalah tersebut terpublikasi juga di jurnal yang jauh lebih bergengsi. Namun, jurnal predator mengharuskan si penulis makalah membayar "biaya penarikan" makalah. Sangat mencengangkan, betapa komersial jurnal tersebut. Untuk memasukkan makalah harus membayar dan untuk menarik makalah juga harus membayar, sementara biayanya pun tidak tanggung-tanggung. Saya tidak dapat membayangkan berapa banyak biaya total yang dihabiskan ilmuwan negara berkembang untuk menarik kembali makalah-makalah yang mereka tulis jika sekali waktu jurnal sejenis ini dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh pihak berwenang.

Kembali ke Jurnal Komunitas

Permasalahan jurnal predator tidak akan begitu kronis jika para ilmuwan negara berkembang kembali menyadari hakikat seberkas makalah ilmiah (Kompas, 21 Februari 2012). Seberkas makalah ilmiah tidak lebih dari sebuah laporan hasil penelitian yang ditulis dalam format tertentu untuk dibaca oleh para peneliti lain yang mengerti atau berkepentingan dengan hasil penelitian tersebut. Karena ada puluhan ribu jurnal ilmiah saat ini sang peneliti harus mencari jurnal yang sangat visible bagi para pembaca yang ditargetkan. Jurnal komunitas, dimana mayoritas komunitas penelitian tertentu memublikasikan hasil penelitian mereka, merupakan jurnal yang paling tepat untuk tujuan ini. Di bidang fisika misalnya, jurnal yang diterbitkan oleh American Physical Society atau European Physical Journal merupakan contoh jurnal-jurnal komunitas yang sangat baik. Kita sangat yakin bahwa ilmuwan yang baik tidak memerlukan jurnal predator, karena komunitas ilmiahnya sudah memiliki jurnal-jurnal standar komunitas yang visibilitasnya sangat tinggi di komunitas tersebut. Meski saya tidak menampik bahwa IF dapat menggambarkan kualitas jurnal secara kualitatif, jurnal komunitas akan jauh lebih efektif dalam hal penyampaian informasi. Saat ini jurnal predator boleh dikategorikan sebagai jurnal subhat (meragukan). Karena meragukan, sudah sebaiknya kita hindari.
 
(oleh Terry Mart, Kompas 02 April 2013,  staf pengajar Departemen Fisika FMIPA UI)
DAFTAR JURNAL PREDATOR KLIK TAUTAN DIBAWAH INI :
https://scholarlyoa.com/publishers/